• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

May Moon Nasution

Puisi: Parmaen Babere – May Moon Nasution (l. 1988)

Posted on 27 Maret 202027 Maret 2020 by Editor

May Moon Nasution (l. 1988) Parmaen Babere __Srimasponi Lubis sejumput ayat di dalam cerana, segenap niat di depan majelis, sudikah kau menggenggam cinta, si boru na mora lubis yang manis […]

Posted in Puisi Tagged May Moon Nasution Leave a comment

Puisi: Hunderbluss dalam Peti Linguis – May Moon Nasution (l. 1988)

Posted on 12 Agustus 201814 Agustus 2018 by Editor

May Moon Nasution (l. 1988) Hunderbluss dalam Peti Linguis kita bayangkan perang usai, hunderbluss pun telah disimpan dalam peti, tapi masih saja kau bertangas api, berdiang di balik tembok belingas […]

Posted in Puisi Tagged May Moon Nasution, Puisi Leave a comment

Puisi: Dendang Orang Singkuang – May Moon Nasution

Posted on 22 Mei 2017 by Editor

May Moon Nasution – Bagi pendendang di Singkuang bagaimana kami hendak mendikirkan dendang ini, dengan doa-doa yang telah dikuduskan kaum-kaum kami demi menjaga kesahihan kidung dan kitab, dengan segenap dekap […]

Posted in Puisi Tagged May Moon Nasution, Puisi Leave a comment

Puisi: Gasing – May Moon Nasution

Posted on 21 Mei 201722 Mei 2017 by Editor

May Moon Nasution berpusing-pusing adalah tugas kami, sampai runcing pantat ini membeling, lantas, atas kuasamulah kami menari, menarikan perih hingga hari merembang jangan kau tanya kenapa kami bersedih, ulah amukmulah […]

Posted in Puisi Tagged May Moon Nasution, Puisi Leave a comment

Puisi: Bagaimana – May Moon Nasution

Posted on 21 Januari 2017 by Editor

May Moon Nasution aku ingin melupakanmu, usai kau mengasah tubuhmu, pisau yang tak percaya dengan ketajamannya aku ingin melupakanmu, usai kau membakar, api yang tak tahu ke mana jilatan hendak […]

Posted in Puisi Tagged May Moon Nasution, Puisi Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani