Indrian Koto (l. 1983)
Gerimis Melati
ketika tangis pertamamu pecah
langit menjatuhkan kelopak melati
yang wanginya tercium sepanjang hidupmu
aku memandang bening matamu
seperti lubuk dengan mata air abadi
tak peduli musim apa, kami akan bisa melihat
gerimis jatuh, bau tanah yang meningatkan kami
pada asal dan muara
dalam gerimismu yang terus melati
orang-orang tak cemas tak bisa pulang,
air tak akan naik ke mana-mana.
ketika kau mulai belajar tertawa
suaramu adalah senandung yang paling rindu
pengantar tidur yang paling aman
setiap kami dihajar kesulitan
dalam diri kami kini
ada kebun melati yang meruapkan bau pelukan
gerimis melati, gerimis dengan aroma melati
senandung yang semerdu dan seindah melati
kekal di dalam diri kami
rinailah hari, hiburlah kami
dengan senandung kecilmu
dalam kebun melatimu, dalam sukacita kami
yang kedalamannya setangguh puisi
kau gerimis, melati dan senandung dari kedalaman
cukup maut saja yang tahu kebenarannya
Sumber: Jawa Pos, Minggu 26 November 2017