Puisi: Pada Hari Terbunuhnya 4 Petani Madura – Angger Jati Wijaya (1967 – 2013)

Angger Jati Wijaya (1967 – 2013 )
Pada Hari Terbunuhnya 4 Petani Madura

Barangkali kita pun tak sempat mengenali
Tangan siapakah yang telah bertahun-tahun lamanya
Membidikkan laras senapan
Lurus ke arah jantung para petani

Mungkin ia bernama kita
Anak kandung sejarah kita
Atau tak bernama siapa-siapa
Karena di negeri ini
Seluruh celaka telah begitu jelas
Siapa paling berhak menerima

Namun telinga siapakah yang tidak mendengar
Kengerian panjang orang-orang menangis
Sepanjang hidupnya
Orang-orang yang dirampok sepanjang sejarahnya

Siapakah orng yang tidak memuntahkan
serapah
Sambil meraungkan puncak amarah
Ketika menyaksikan saudara-saudara kit
Terkapar bersimbah darah
Setelah dengan lugunya ia berkata

: bahwa pada detak nadi dan aliran darah
yang beraroma peluh sapi dan lumpur garam
tersimpan penderitaan sejarah
dan wangi bunga jagung hari depan anak cucu
Maka berjagalah. Kita dikepung ratusan pemburu
Bertahun-tahun televisi, radio, poster, koran-koran,
Mainan anak-anak
Siang malam menjamu darah dan peluru
Menggiring kekejaman dan seluruh kekerasan
Yang dilakukan dengan senyuman

Maka berjagalah. Cukup lama kita genggam
Rasa keadilan yang tak sama
Cukup lama kita simpan
Kebenaran yang berbeda
Cukup lama kita pendam
Gairah perlawanan dalam kebisuan panjang
Hingga setiap kata yang terucapkan
Selalu menggemakan makna tak terpahamkan

: yang hak bagi kit adalah kejatan besar
harus secepatnya sirna
karena hati nurasi manusia
telah menjelma ancaman kekuasaan

Maka berjagalah. Tawar menawar mesti segera
Ditegakkan bersama
Dan jangan biarkan darah petani
Yang menggenang di tanah basah
Menyuburkan bencana
Dan ketakutan untuk bicara yang sebenarnya

(o, negeri kaya yang senantiasa melimpahkan
bencana pada orang-orang tak berdaya
betapa semakin sayup lagu kemerdekaan itu
yang syairnya tak pernah selesai
tersekat gumpalan dendam
sakit yang mengaru biru)

Kini tak ada yang mesti ditunda
Kita simpan dulu puisi mawar dan lagu cinta
Lukisan kekasih dan dongeng kesunyian desa
Karena di tanah Nipah*
Negeri yang menyimpan keagungan sejarah
Ladang kering itu telah tersiram darah.

Indonesia, 25 – 9 – 1993

* Nipah : nama sebuah desa di Kecamatan Banyuates, Madura, Indonesia.

Sumber: Kabar dari Negeri yang Terbakar (LKiS, Yogyakarta, 2003)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.