Angger Jati Wijaya (1967 – 2013)
Membaca Puisimu di Koran-koran
membaca puisimu di koran-koran
kurasakan isi kepalamu semakin kacau saja
bukan oleh kehebatan pesulap
yang mengubah warna darah jadi keindahan
tangisan jadi kesyahduan
bencana jadi ilham
dan hikmah kau temukan
dalam tekanan kekuasaan
atau oleh kenikmatanmu
mengekalkan tipudaya
(namun siapakah yang telah menculikmu
untuk berpura-pura
tuli dan membutakan diri)
ketika suara-suara dibungkam
kau dendangkan lagu cinta dan keharuman kembang
ketika berjut nama ketlingsut dipalsukan
kau merasa bukan bagian dari korban
ketika banyak peristiwa disamarkan
kau tulis igauan mimpi siang
ketika banyak peristiwa disamarkan
kau tulis igauan mimpi siang
ketika kenyataan digelapkan
kau lafalkan siasan kebohongan
ketika kebenaran diputarbalikkan
kau bangun pertikaian antarkawan
ketika sejarah dibelokkan
lewat kata kau belajar mencuri keuntungan
Ketika keadilan dipenjarakan
kau palingkan muka, memuja diri sendiri
sambil menghitung bintang gemintang
ketika berjuta pertanyaan diredam
dan kecurigaan dipajang di setiap ujung gang
kau melarikan diri dalam mistik
perbedaan bentuk-bentuk kesenian
dan mematut-matut slogan kebudayaan
ketika hari nurani orang-orang koyak ditikam-tikam
engkau berlomba dandan di depan kekuasaan
sambil menyiapkan kalimat-kalimat pembelaan
membaca puisimu di koran-koran
ada yang semakin tak kupahami
tentang kecemasan dan ketakutan abadi
atas tekanan kekuasaan
yang mengepung kita sepenuh waktu
dan tak sepotong kalimat pun menjelma
dalam bait-bait puisimu
Bantul – Indonesia, 1995
Sumber: Kabar dari Negeri yang Terbakar (LKiS, Yogyakarta, 2003)