Puisi: Insomnia – Widya Mareta (l. 1994)

Widya Mareta (l. 1994)
Insomnia

kuil runtuh di dalam kepalaku
pukul tiga pagi adalah saat paling
cemas untuk membangunkan puisi.
tak ada gemuruh artileri,
tak ada obrolan geladeri.

di hadapanku berjejer botol-botol minuman energi,
berkas yang terselip di majalah sastra,
serta beberapa buku puisi murah.

sebagai seorang insomnia yang menjadikan
ingatanku sendiri sebagai bantal,
aku terjaga bersama nyeri sendi
tanpa angan-angan memasuki mimpi
sampai pagi membawa cahaya seperti pramusaji.

di televisi pembawa acara sedang mengatur
bahana kesunyian agar enak didengar,
sementara gelombang radio memancarkan bebunyian statis,
yang menarikku ke dalam usaha menciptakan puisi.

mesin tik bergulat dengan jemariku yang menghasilkan bisu
tapi buah aksara tak juga matang.
kromosomku tak lagi x y,
melainkan tanda tanya dan tanda seru
yang terus berseteru.

malam ini aku menyerah pada rasa sepi
seperti nyamuk dalam terkaman cecak.
kata-kata tak lagi melolong dari garis tanganku
seakan telah lebur dalam rendaman alkali.

kini malam telah berubah jadi lendir
fajar mulai menyusup ke kampung-kampung
bangunkan ayam tanpa permisi.

insomniaku luntur,
tubuhku mencair dan terserap di atas ranjang,
tapi tak kudapati puisi dari kisah penciptaan ini.
seperti seorang pemburu
pulang tanpa aroma darah.

Sumber: Puasa Puisi (Indonesia Tera; 2021)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *