Wannofri Samry
jam dinding melirik ke jendela, detik-detik terasa pukulan memekakkan
jarum pendek yang bergerak lambat tiba-tiba ingin lebih cepat
sekonde ingin behenti karena ia menghela jarum-jarum yang besar bertahun, berabad “akulah budak,” katanya
jam dinding terasa punya darah. kacanya mau pecah
dan ingin menimpa seseorang dungu yang tidur di bawahnya
jarum-jarum itu berdoa agar ia bebas dan bermain di lantai
“bergeraklah”, katanya
seorang raja, si dungu bebal yang dicerca, begitu pucat wajahnya
mendengar dongeng seorang pujangga.
Padang, 2007