Kiki Sulistyo
lewat gerak rampak dan musik rancak kita bacakan hikayat
musafir persia yang tiba pertama di pelabuhan kota
berdagang sembari bermain gambus dengan topi tarbus
kita tak tahu siapa nama abah yang tabah itu. barangkali seorang habib
orang yang gemar berharum dan beriman pada yang gaib
kita sebut dia saudagar saja, sebab tak banyak pula yang mau bertanya
para hadirin hanya memperhati kaki-kaki yang tak bersandal,
kilau rumbai emas pada ujung baju yang sebenarnya sudah kumal
sesegera mungkin kita lunaskan syair supaya tak kentara ini getir
kacamata hitam telah sempurna menyembunyikan luka di mata kita
bila telah rampung semua dan sorak membahana ke udara
kita rapikan lagi semua kesedihan yang berserak di jalan-jalan kota
sebagai penyapu jalan, penjaga malam, buruh pelabuhan, juga pedangang asongan
talah kita perankan segala hanya dalam satu jam
semalam di pasar malam saat serombongan otang berusaha lari dari diri sendiri
atas nama kemidi dan makam gaib saudagar habib
kita akan datang kembali
dengan hikayat yang terus diulang
seperti berulangnya azan.
2012
Sumber: Kompas, 21 Oktober 2012.