Rizki Amir (l. 1995)
Kota Kematian
/1/
di suatu malam yang lengah, dalam tiap adegan, beribu-ribu nyawa putus. alengka penuh darah. menyisakan gema panjang di dada. dan si putra mahkota, tak pernah merasa bersalah. membawa sepotong matahari di batas selatan kota.
rambutnya kian lama kian panjang bergelombang. sebab sebelum pembantaian itu, telah ia lepaskan warna putih-ungu, yang selalu kita pertengkarkan namanya, yang mula-mula tampak ganjil.
/2/
setelah perang selesai, setelah seorang perempuan menari, atau terpaksa menari, dalam kobaran api. alengka tak sempat jadi sesuatu yang berbeda.
dan kita justru lari ke kota itu,
untuk kemudian mati.
Sumber: buruan.co, 10 Juni 2019.