Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Rizki Amir (l. 1995)
Pudak

dari wuwung wangi makam seorang wali hingga kota yang bunuh diri, kita bawa pulang segumpal kabut asap bus antarkota. tapi katamu, seharusnya kita cangking juga seikat kue pudak serta jajanan lain yang bisa membikin perut kenyang sekaligus menolak peyang dari segala kenang anak lanang.

sebab, katamu lagi, tidak mungkin meminta orang rumah percaya bahwa kini, sudah tidak ada yang tersisa dari singup di sekujur tubuh ini. tentu saja kamu benar. tetapi bagaimana dengan batas yang terbentang antara angan-angan dan wingit kota?


2019

Sumber: lensasatra.id, 30 Juli 2021.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *