Rizki Amir (l. 1995)
Wungkusan
pekarangan rumahmu akan bergerak lebih lambat
ketika aku seret masa lalu yang telah aku simpan
di antara sebuah pelukan dan sepiring wungkusan
udang. kamu adalah bungkus berbentuk tum. dan
setelah kita hentikan pertanyaan-pertanyaan, rasa
lapar berdiri di batas pedas-gurih pada lidah. kota
ini terbuat dari kedua belah tanganmu, sementara
perut dapur adalah milikku, maka letakkan terasi
dan empat buah kemirimu di sini, di sebuah kuali,
di sehampar rumpun padi yang hanya menyisakan
ciuman dan setanak nasi. dan akan kutambahkan
air asam dan santan, sebelum udang bungkus kita
kukus, sebelum kita loloskan hati yang tulus. kulit
udang pergi dan pasar jadi merah. aku bayangkan
ibu menunggu kita di balik meja dan menanyakan
apakah kita cukup yakin untuk hidup dalam bajan
gelap malam. tapi asin yang terlepas dari suara ke
suara, dari pusara ke pusara, tak sesederhana yang
kita kira. tak sesederhana yang kita kira.
2018
Sumber: Baca Petra, 10 Juni 2019.