Puisi: Manhattan Blues – Arif Bagus Prasetyo

Arif Bagus Prasetyo

Ditumbuhi sulur-sulur musim gugur
Aku turun dari firdaus lantai ketujuh.

Pelancong lancung. Gentayangan sepanjang tanjung
Menghela jam dan pohon-pohon yang berdentingan

Sebening kristal-kristal November yang termangu
Kekal, di etalase Lexington Avenue.

Raung klakson lengking sirine tikam-menikam
Berkilauan dihunus hujan tengah hari.

Tak terhingga manik mata, coklat-kuning
Terserak garing sepanjang jalan. Terbengkalai

Seperti sumur-sumur mineral yang ditinggalkan
Usai kafilah menguras teluk. Dan kabilah terhempas takluk.

Di ufuk gurun, di jazirah firdaus lain, aku lihat
Matahari membanting zirah perunggunya yang berkarat.

Menara api berderak runtuh. Jelaga menjilati mangsa.
Hujan abu mencekik kanal-kanal bahasa.

Debu kelabu angin kelabu flat-flat lengang yang kelabu
Mengembara di lorong-lorong belulangku.

Raut pucat seorang darwis yang menghilang dari balkon
Untuk sesaat menyeringai dalam arus kelam Hudson.

2003

Sumber: Memento, Puisi 1993-2008 April (Arti Foundation, Denpasar. Diterbitkan dengan bantuan program Widya Pataka Badan Perpustakaan Daerah Provinsi Bali, 2009)

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *