Puisi: Manifesto Pseudo – Galeh Pramudianto (l. 1993)

Galeh Pramudianto (l. 1993)

Manifesto Pseudo

Dengar! Kita ini adalah pemilih sah fragmen gelisah! Halah!
Lagumu. Hidup dari antena ke antena. Dari senyap ke sengat.
Dari sinyal ke sial. Huailah.

5
PERTEMPURAN DI MEJA MAKAN

Kita adalah orang dalam lingkaran. Sendok, garpu dan piring
adalah senjata kita. Kita akan tanam lemak di sela kebisingan
meja makan. Kita akan mencari kawanan baru dari kedai ke
kedai. Kita sepertinya akan memusuhi kenyang dan perut
ngantuk.

4
SILUET KOTA

Kita adalah orang dalam kotak. Melancong. Mengambil gunung
dan pantai. Gunung dan goa itu kita ambil. Gedung-gedung
bertingkat banyak tumbuh dalam tubuh. Kita akan ambil gedung
itu sesuka kita. Tanpa tandas, tanpa cemas. Kita ambil semuanya
tanpa takut akan habis. Kita ambil semua dalam perjalanan
kameramu.

3
ANATOMI PUSAT PERBELANJAAN

Kita adalah plastik dan tas yang digotong saban awal bulan. Apa
isi plastik dan tasmu, adalah apa yang kamu. Mari kita tawaf di
sini. Sebelum satpam mengurung kita di toilet rumahmu.

2
DALAM PORTAL JARINGAN

Kita adalah kecemasan yang tak kunjung reda. Colokan adalah
dewa penyelematmu. Tolong, kenalkanku pada hutan, daun
dan gunung-gunung itu. Aku masih antena yang mencari sinyal
nyinyirmu. Seorang sinyal yang belum pada pertemuan.

1
ANTENA DI ATAS RANJANG

Kita adalah sepi yang tak ingin padam. Menyala-nyala pada
pucuk getar dan debar. Menidurkanmu dalam lelap gamang,
dalam khidmat sarang-sarang.

0
TIDUR DALAM AKUARIUM

Kita adalah peluk yang belum tuntas pada perjumpaan tangan.
Dalam kamar aku tenggelam di layar. Kita adalah tidur yang
belum ngantuk. Kita adalah meram yang mematuk-matuk.

Sumber: Skenario Menyusun Antena (Indie Book Corner, Yogyakarta
Cetakan, 2015)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *