Sartika Sari (l. 1992)
Maut
untuk bertemu, aku mesti menunggu begitu lama
ke semua jalan, yang banyak patung kenangan
ketika langit benar-benar melengkung di bibirmu,
atau mungkin bola mataku yang terkungkung bingung
pelepasan, kukira adalah perpisahan terteduh
sebelum akhirnya menikmati hembusan angin yang pelan-pelan membawa
sisa air matamu, dari pipiku
kekasih, rimbun rindu menancap di ulu hatiku
akarnya seperti bakau, mencengkram dan tak mudah ditebang
perjalanan yang singkat telah menjadi apa saja
ke manakah muara yang kita tuju?
kau cuma datang sebentar,
dan membawa pulang hati ratusan orang
Medan, 2014
Sumber: Lampung Post, Minggu, 29 Juni 2014.