• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

Sartika Sari

Puisi: Mangkuk Laut – Sartika Sari (l. 1992)

Posted on 4 Juni 20214 Juni 2021 by Editor

Sartika Sari (l. 1992)Mangkuk Laut aku sering datang berpunggung pasir,duduk dan menyinggahkan bibir di tepimuangin kuisap, menuju palung terdalam darisebuah puisi yang lama bermukim di lambungsetiap hari, rindu seperti perahu, […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Sartika Sari Leave a comment

Puisi: Perantau – Sartika Sari (l. 1992)

Posted on 4 Juni 20214 Juni 2021 by Editor

Sartika Sari (l. 1992)Perantau pagi-pagi benar, kudengar suara ibu seperti desing pelurumenembus kabuttapi sudah harus kususuri lagi jalan inidi antara sisa keramaian semalam,atau bekas ciuman sepasang gelandanganjauh di dalma tubuhku, […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Sartika Sari Leave a comment

Puisi: Maut – Sartika Sari (l. 1992)

Posted on 4 Juni 20214 Juni 2021 by Editor

Sartika Sari (l. 1992)Maut untuk bertemu, aku mesti menunggu begitu lamake semua jalan, yang banyak patung kenangan ketika langit benar-benar melengkung di bibirmu,atau mungkin bola mataku yang terkungkung bingungpelepasan, kukira […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Sartika Sari Leave a comment

Puisi: Epitaf Kamar Mandi – Sartika Sari

Posted on 16 Juli 2017 by Editor

Sartika Sari kami suka menuang sampah di kerongkongan atau memandikanmu dengan kebencian. Tapi kau tenang saja, memandang kami penuh cinta. betapa setia, ketika jam-jam tengah malam, bahkan kami sendirian tanpa […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Sartika Sari Leave a comment

Puisi: Kampung Kolam – Sartika Sari

Posted on 16 Juli 2017 by Editor

Sartika Sari pagi buta, kakek berjalan memikul cangkul, racun tikus dan beberapa karung goni di selipan ketiak kanan. angin menegurnya berulang-ulang, menepuk pipi dan kantung matanya, tapi kakek tak bersuara. […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Sartika Sari Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani