Malkan Junaidi
Musim Puisi
kata-kata,
mengalir dari perbukitan,
merembes lewat akar-akar pepohonan,
membaca koreng bumi, menyimak kerongkong manusia,
tak berhenti.
kata-kata,
runtuh dari semak-semak mendung,
terjun tanpa payung dari bibir sebuah tebing,
mengelap udara,
memadamkan hutan api.
kata-kata,
bersekongkol memahat patung pelangi,
mencari ibu dari segala ibu,
ibu yang diperam tigapuluh rembulan.
ibu yang dijerang tigapuluh matahari,
kata-kata,
mengabdi dan mengabadi,
bersama angin,
me-mu-mi-kan bunyi.
me-mur-ni-kan sunyi.
Malkan Junaidi
Musim Puisi
kata-kata,
mengalir dari perbukitan,
merembes lewat akar-akar pepohonan,
membaca koreng bumi, menyimak kerongkong manusia,
tak berhenti.
kata-kata,
runtuh dari semak-semak mendung,
terjun tanpa payung dari bibir sebuah tebing,
mengelap udara,
memadamkan hutan api.
kata-kata,
bersekongkol memahat patung pelangi,
mencari ibu dari segala ibu,
ibu yang diperam tigapuluh rembulan.
ibu yang dijerang tigapuluh matahari,
kata-kata,
mengabdi dan mengabadi,
bersama angin,
me-mu-mi-kan bunyi.
me-mur-ni-kan sunyi.
Sumber: Kemudian.com, 15 Agustus 2011