Mardi Luhung (l. 1965)
Ngagel
Di kios majalah, kitab-kitab ramalan ditulis
lewat tangan kiri, sedang yang kanan,
mengutuki gambar porno serta
sebungkus krupuk borak, udapan-makan-malam
menu-campur-dari-pasar
lalu, lewat bak-truk-papan-seng, si isteri-yang-kasihan
meracau tentang suami-yang-kejam, suami-yang-rajam
sambil mengelus punggung-tiga-ekor-bagbi
yang kemarin sore nyelonong ke jantung-galeri
menonton orang-sembahyang-mengokang-senapan:
“Memang, jika orang-orang anarkis itu datang, maka sorga
akan menjadi teka-teki yang memusingkan,”
kini: “Kau mau pakai apa? Majelis, dewan, mahkamah
atau cuma sekadar pantat-cangkrukan?”
maaf, ternyata sudah tak ada kakus, jika tetap
ingin buang hajat, pakai saja tissue-serapan
dan tempat di samping arah (mungkin berarah-arah)
dengan tiga-ekor-babi- (yang nyelonong itu)
si suami-yang-kejam pun merapat ke polisi
lalu menggertak: “Mas, Mas, apa sampeyan punya
kurungan untuk tiga-ekor-babi?”
ternyata, orang-orang anarkis itu tidak datang,
sorga tidak memusingkan, tiga-ekor-babi tidak
dikurung dan ramalan tetaplah menjadi kitab,
menjadi bacaan, menjadi seperti pasangan hasrat
yang membuka kancing-celananya dan berseru:
“Kami akan membuka semuanya, seperti dia
yang datang membuka; dia yang berkepala
badak, anjing atau biawak; dan dia memamah,
mengendus dan menjilat; dan dia yang selalu ada
di dalam perutmu, yang ketika ingin buang hajat, cuma
tersedia tissue-serapan,”
lewat bak-truk-papan-seng, si istri-yang-kasihan
terus saja meracau…
Gresik, 2001
Sumber: Wanita yang Kencing di Semak (Pustaka Pujangga; Lamongan; Cet. 2, 2006).