Djamil Suherman (1924-1985)
Palembang
Kulihat kesunyian di pusat kota, manis
ketika halimun pagi menuruni pelabuhan kecil
laut diam dalam pesona mata lelap
membayang harapan-harapan lama yang kutinggalkan
Begitu jauh, manis
terkubur dalam ingatan
Tapi segala yang kuingin kupercayakan pada diri
selagi daratan masih rindukan anak kelasi
antara sedan laut memisahkan daku di sini
Ah, usapan takdir yang ditimpakan
Betapa juga kucintai segala yang kumuliki
kucintai segala yang mati, juga laut kelam
karena setia pahala paling agung dalam kehidupan
Kini kesunyian tampil di dadaku, manis
bila gerbang kota terbuka laut pun pasang
hati diam dalam pesona mata lelap
membayang puing kota-lama yang kutinggalkan
Budaya, No. 1. Th. VIII, Januari 1959
Sumber: Tonggak 1, Linus Suryadi AG, Ed. (Gramedia, 1987)