Puisi: Pencari Jembatan – Adri Sanda

Adri Sanda

ke manakah ia, selalu saja ia menatap sungai
setiap buih yang menggelembung, setiap yang hanyut terapung
seperti ada yang menunggu di seberang, mungkin harapan atau juga hujan
“tak satu pun kutemui jembatan, dari setiap sungai mengalir ke lautan!”
matanya melindas pemandangan, berjalan dalam hangus daun-daunan

“engkau lihatkah hujan di seberang?” mulutnya mengulum suara sendiri
ia mengipas kemarau yang membaluti tubuhnya, menampung keringat
tetes di bumbung darah dan hati, “panas sekali negeri ini!”
dan angin ia lihat bersandar di dinding hujan, jauh sekali
angin yang tak pernah mengunjungi negerinya, selain matahari dan
titik-titik api

pencari jembatan itu mengembara begitu lama
mengendap dalam buih kemarau, malam membujuri dada kilau
suatu saat; ia melihat orang-orang berdiskusi, saling lembar tanya
melontarkan beragam argumentasi
suara-suara itu menetas dan besar, menjadi burung-burung bangkai
mengelilingi tempat ia berdiri, mencium asin keringat
berbinar dalam darahnya hangat

ia memandang dari jendela negerinya, seluruhnya tinggal abu dan rangka
dan ia kembali berjalan, mengembara; jauh dari cuaca dan udara
burung-burung itu mengikutinya, mematuki seluruh daging tubuhnya
ia berjalan dengan tulang-tulangnya, seperti kerangka
mencari napas dan nyawa

(Ujung Tanjung, 2013)

 

Sumber: Koran Tempo, 3 November 2013

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *