Piek Ardijanto Soeprijadi (1929-2001)
seorang lelaki tua menyadap senja
mengail di tepi telaga
pandang menebar sekitar
menampung sisa sinar
menangkap sunyi menjalar
lelaki tua itu dalam hening
ke danau mencemplungkan pancing
duduk di tebing tanah gamping
rengkah-rengkah bagai mulut menganga
siap menelan tubuhnya renta
lelaki tua itu mendengar desing
daun-daun ilalang kering
ujung-ujungnya runcing tajam
ke dalam jantung menghunjam
lelaki itu terpukau
sepotong angin melintas danau
menenggelamkan rasa risau
ikan-ikan bagai dihalau
ketika kelam turun
umpan belum tersentuh ikan
lelaki tua itu pulang hampa
sekarat keluh tersekap sepi
betapa perihnya luka
hati terkait mata kailnya sendiri
Sumber: Horison, Agustus 1999.