Adri Darmadji Woko (l. 1951)
Perarakan itu berangkat sore hari dan rumah-rumah
menutup pintunya, tetapi gumam mereka terdengar
di antara serbuk bakaran menyan.
Kau yang kami iringkan usah lagi menoleh ke belakang,
sebab kenangan tak akan lebih tua dari kita.
Semua akan ikhlaskan kalau kau tidak pulang malam-
malam melempar segenggam tanah kuburan.
Tapi tanah yang kemersik masuk ke celah genting menge-
nai pelupuk mataku, sehingga terbayang kembali
perarakan itu tak kunjung selesai.
1975
Sumber: Horison No. 8, Thn. XXII, Agustus 1977.