• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

adri darmadji woko

Puisi: Malam Sepanjang Langkah – Adri Darmadji Woko (l. 1951)

Posted on 27 Juni 202127 Juni 2021 by Editor

Adri Darmadji Woko (l. 1951)Malam Sepanjang Langkah Sudah jam berapa hari? Sepi juga di udara. Tak ada bunyi gagak. Tak ada bunyi merak. Tidak ada juga bunyi burung pekuburan. Semuanya […]

Posted in Puisi Tagged adri darmadji woko, Puisi Leave a comment

Puisi: Lagu Hati yang Gelisah – Adri Darmadji Woko (l. 1951)

Posted on 27 Juni 202127 Juni 2021 by Editor

Adri Darmadji Woko (l. 1951)Lagu Hati yang Gelisah Kudengar suara embun jatuh di daun pisang, kudengar letup api dalam kompor di belakang, kudengar suara jantung berdetak begitu keras jauh di […]

Posted in Puisi Tagged adri darmadji woko, Puisi Leave a comment

Puisi: Rumah Penyair – Adri Darmadji Woko (l. 1955)

Posted on 11 Desember 201727 Juni 2021 by Editor

Adri Darmadji Woko (l. 1955) Rumah Penyair Orang kata rumah penyair di awan biar dekat dengan rembulan bila bayangan separuh semangka menjadi tempat mengaitkan sukma Orang kata rumah penyair di […]

Posted in Puisi Tagged adri darmadji woko, Puisi Leave a comment

Puisi: Lembah – Adri Darmadji Woko (l. 1951)

Posted on 11 Desember 201711 Desember 2017 by Editor

Adri Darmadji Woko  (l. 1951) Lembah Coba dengar siapa yang memetik gitar di lembah siapa yang memainkan gondang batak siapa yang memainkan kecapi sunda siapa yang memainkan seruling siapa yang […]

Posted in Puisi Tagged adri darmadji woko, Puisi Leave a comment

Puisi: Perarakan – Adri Darmadji Woko (l. 1951)

Posted on 7 April 201712 Desember 2017 by Editor

Adri Darmadji  Woko (l. 1951) Perarakan itu berangkat sore hari dan rumah-rumah          menutup pintunya, tetapi gumam mereka terdengar          di antara serbuk bakaran menyan. Kau yang kami iringkan usah […]

Posted in Puisi Tagged adri darmadji woko, Puisi Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani