Toni Lesmana (l. 1976)
Potret Kakek
mulanya potret kakek dibingkai oleh pematang sawah
lengkap dengan capung, lubang belut, dan jejak kaki
para petani. setiap malam kami memandang wajah
kenangan menembang, menerbangkan kupu-kupu,
burung pipit, dan wangi padi. mengirim dongeng
pengantar tidur dari dinding ke setiap ruang dalam
rumah. hingga suatu hari ayah membeli televisi
disimpan tepat di seberang potret kakek. mirip gadis,
yang duduk manis di atas lemari antik itu segera
menggelar gelegar perang dari belahan-belahan
bumi yang berkobar, gemuruh ludah lidah para politisi
mengucur, semarak karnaval para koruptor tersenyum
dan melambaikan tangan, mirip aksi artis sinetron yang
memadati nadi kami. dari pagi hingga pagi. kami duduk
menatap pesona paras masa kini, memunggungi potret
kakek yang dari malam ke malam makin kelabu seperti
gunung sunyi. diam-diam berpijaran melelehkan lava
seperti kemarahan yang melabrak bingkai-bingkai
pematang sawah. ayah sigap mengganti bingkai dengan
tanggul yang dibangunnya dari tanah dan batu
kuburan, membendung lelehan potret kakek
di dinding. bau hangus dan dengus menyembur-nyembur
namun tak membuat kami bangkit dari kecantikan
televisi. aih, makin seksi mengirim gelombang pinggul
penyanyi dangdut, ombak air mata lautan sinetron,
arak-arakan pabrik-pabrik narkoba, kibaran bendera
partai-partai politik di medan perang kebencian,
iringan wakil-wakil rakyat berjalan gagah dari senayan
ke penjara. semuanya seperti pesona iklan yang sengaja
ditebar menggoda dan menggiring kami ke jaring-jaring
mimpi ke taring-taring mimpi. kami telungkup menjelma
patung. dari waktu ke waktu. melupakan potret
kakek yang terus meletus dan runtuh
dalam kepung tanggul kuburan
2018
Sumber: Basabasi.co, 15 Januari 2019.