Ahda Imran (l. 1966)
Sepanjang Jalanan
Kutulis sajak ini di atas seekor kuda
ketika lorong-lorong angin menghembuskan
suaramu jauh ke ruang-ruang bawah tanah
di kejauhan mereka membuat senja
dari tanah air penuh bendera. Malam
seperti mulut para penghasut
Ketahuilah, sayang, kafe-kafe yang tenang
bukan lagi rumahku. Akulah penunggang
kuda dari negeri malam itu. Negeri
di mana dendam mesti dinyatakan,
menjadi hasrat untuk menemukan kata-kata
dari setiap butir debu di rambut anakku
Kuserahkan tubuhku pada semesta
kesedihan, seperti kegembiraan yang juga
datang padaku. Kuhadiri makan malam
para pejabat, anggota parlemen
dan panglima militer, rapat-rapat partai,
dan pertunjukan teater. Kau tahu,
mereka menganiayaku, hanya karena
aku masih punya telinga
Juga ketahuilah, sayang, ketika sampai aku
pada bait ini, kudaku sedang berlari kencang
melebihi kata-kata yang menjemput para penyair
dan paderi di ruang-ruang bawah tanah itu
kumasuki kota dan perkampungan dari sudut
yang paling tak terduga, ketika orang-orang
berkomplot membuat tanah air yang lain
dari sejarah
yang tak pernah punya telinga
2004