• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

Ahda Imran

Puisi: Aku Menulis – Ahda Imran (l. 1966)

Posted on 8 September 20208 September 2020 by Editor

Ahda Imran (l. 1966) Aku Menulis Ketika malam menarik senjadengan kasarketika hujan tak sampaike sungaiketika ikan-ikan yang menggeleparditinggalkan Aku menulis dengan tanganyang sakit. Orang-orang terus bicara,seperti ada tikus dalam mulutnyasetiap […]

Posted in Puisi Tagged Ahda Imran, Puisi Leave a comment

Puisi: Kota Putih – Ahda Imran (l. 1966)

Posted on 23 Agustus 202023 Agustus 2020 by Editor

Ahda Imran (l. 1966)Kota Putih Aku melihatmu di sebuah kotayang menjadi putih. Ketika gelapbersalin lidah dengan terang. Ketikaorang-orang menemukan sisik ulardi bawah bantal, sajadah, dan altar Bagai lebah mereka berkerumun—memasuki […]

Posted in Puisi Tagged Ahda Imran, Puisi Leave a comment

Puisi: Kutulis Lagi Sebuah Puisi – Ahda Imran

Posted on 2 November 2017 by Editor

Ahda Imran Kutulis lagi sebuah puisi mungkin untukmu, mungkin juga bukan kata-kata selalu punya banyak kemungkinan, seperti waktu, seperti tubuhmu. Banyak hari yang tak bisa lagi kuingat padahal aku mesti […]

Posted in Puisi Tagged Ahda Imran, Puisi Leave a comment

Puisi: Di Seberang Jembatan – Ahda Imran

Posted on 22 Mei 2017 by Editor

Ahda Imran Demi malam yang masuk ke dalam paru-paruku demi lubuk sungai tempat ikan-ikan menyimpan telurnya demi selembar kertas dan puisi yang berbaring di atasnya Biarkan aku menyelam ke dasar […]

Posted in Puisi Tagged Ahda Imran, Puisi Leave a comment

Puisi: Sepanjang Jalanan – Ahda Imran (l. 1966)

Posted on 5 Januari 20178 September 2020 by Editor

Ahda Imran (l. 1966)  Sepanjang Jalanan Kutulis sajak ini di atas seekor kudaketika lorong-lorong angin menghembuskansuaramu jauh ke ruang-ruang bawah tanahdi kejauhan mereka membuat senjadari tanah air penuh bendera. Malamseperti […]

Posted in Puisi Tagged Ahda Imran, Puisi Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani