Puisi: Siapa Menyimpan Sekuntum Bunga untuk Kita Nanti? – Handrawan Nadesul (l. 1948)

Handrawan Nadesul
Siapa Menyimpan Sekuntum Bunga untuk Kita Nanti?

Berkeranjang-keranjang bunga
Mekar di benak orang-orang
yang kakinya masih tulus berjalan
Di kegelapan ilalang
tersaruk-saruk dan terawa
melihat berlumuran tangannya sendiri
menahan duri
Tak nyana itu menjadi bunga
di jemari tangannya
kebun di lubuk hatinya
Hati yang pernah gugur, patah, dan layu
terhempas angin perahu layarnya

Milik siapakah pesisir kehidupan
Engkau juga yang bilang
Kalau tak habis-habis kesabaran
Masih tahankan kita memikulnya?

Hanya karam yang akan menyelesaikan waktu
Saat layar tak lagi mengembang
Semoga masih tumbuh bunga di benak orang-orang
Mudah-mudahan belum letih kita mengangkutnya
di pundak-pundak yang lebam
Engkau masih tersenyum
Engkau masih tertawa
Melihat berlumuran keranjang batinmu

Seandainya nanti kita tak bisa lagi memetik
Masih akan adakah bunga
Tatkala orang-orang ngungun melihat tangannya,
matanya, hatinya, dan senyumannya
kalau tiba saatnya nanti melepas lelah

Siapakah menyimpankan sekuntum bunga
ingin kita mengirimnya buat anak-anak
Saat-saat kita tinggal duduk seorang diri menanti
Mungkin untuk tak ada yang mesti ditunggu.

Jakarta 1998


Sumber: Bentara, Hijau Kelon dan Puisi 2002 (Penerbit Buku Kompas, Jakarta 2002).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *