Sunlie Thomas Alexander
Silsilah Ruko Tua
ini ruko, dari luar segala nampak: sukacita
mendiang buyut menjelma mesin jahit tuan,
sisa keluletannya menyaru sebagai pakaian
di hanger dan rak-rak panjang, melambailah
untung-rugi niaga
seumpama kain-kain pajangan
“jika sedang sepi toko dari pelanggan,
ingatlah ia yang jauh merantau
dari seberang lautan!”
: demikian kakek merawat apak kenangan
maka di dinding-dinding, obituari pun
terbingkai pigura dengan kacanya yang berdebu
seperti pengap ingatan ah, terpaku juga duka di antara
surat ijin usaha dan piagam penghargaan
kadang kulihat dahi ayah dipenuhi kerut-merut
seperti gambar pola jahitan, diguntingnya
cita-cita hingga berserakan
seperti kain perca sebagian lagi tersimpan sebagai
berkardus-kardus buku menguning
di kolong ranjang
tapi tiap malam, kakek akan duduk di ruang tengah
dengan doa memanjang di tangannya teruntai rosario;
butir-butir haraoan dan dosa keluar yang rapat tersimpan
“berilah kami rejeki pada hari ini dan
ampunilah kesalahan kami seperti kami pun
mengampuni yang bersalah kepada kami”
sementara rasa lelah mengental di dasar teko,
ibu menanak nasi dalam periuk warisan
nenek yang penyabar
di dapur yang lecek ia belajar jadi perempuan
teladan, seperti juga ketika belajar beranak pinak
dan merawat kesetiaan agar di meja makan, kami
penuh tawa penuh sendawa, oh diberkatilah
yang lahap, meski sayur kurang garam
toh, di tengah derit mesin jahit
sesekali bakal terdengar pula keluhan tentang
kopi tak kental!
maka lihatlah, lihatlah aku
menyamar jadi kapur barus
di tumpukan baju tak terjual,
di antara buku-buku lama ayah
; berperang dengan ngengat dan rayap
yang terus menggerogoti kenangan
mengendap dan bersitahan sembari menulis otobiografi
sepenggal
Yogyakarta, 2011
Sumber: Kedaulatan Rakyat, 22 Februari 2015