Puisi: Sindangsari, Laporan Perjalanan Hari Pertama – Pradewi Tri Chatami

Pradewi Tri Chatami

Barangkali itulah tangga ke surga.

Padipadi gemuk menguning dalam sawah bertingkat diselingi ubi atau kacang tanah,
juga tembakau: yang dalam mataku tampak seperti nasi liwet, ubi dan kacang rebus,
juga rokok kurus yang dilinting sendiri.

Aku luput melihat betapa sepinya kampung selain beberapa orang, embikan
kambing dan lenguh sapi. Aku juga alpa mengabsen tikus di tengah gerumbul padi
yang tinggi, ataupun mencermati secarik kertas di papan pengumuman luar kantor
desa berisi tarif pengurusan administrasi yang jelas disebut dalam dua versi, perda
dan non perda (tanpa mencantumkan bunyi perda apalagi penjelasan tentang siapa itu non perda).

Aku hanya bisa menghitung dua sekolah dasar, negeri dan islami, sembari
mengeluhkan jalan penuh batu yang merusak sepatuku. Aku terpesona pada
sekawanan bambu, selangselang yang mirip nadi, dan keliaran anjing. Aku tak
menghidu bekas longsor dan banjir sejak terheranheran melihat serakan sampah
plastik di tepi jalan setapak.

Aku tetap tersenyum meski tak kujumpai pemuda, hanya anak wanita dan orangtua
yang jelasjelas tak masuk kriteria untuk kugoda. Hingga akhirnya, aku hanya
mengingatkan diri untuk berbaju cerah dan berlengan panjang. Tak ada pohon tua
dan besar yang dengan bijak menghalau terik saat kau menyusur jalan lebar berlubang
itu.

2010

Sumber: Sastrasukma (www.sastrasukma.blogspot.co.id); 22 September 2011

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.