Puisi: Maut Tidak Bertindak Sendiri – Raudal Tanjung Banua

Raudal Tanjung Banua

-untuk Frans Nadjira

Benar, maut tidak bertindak sendiri
di tanah ini
semua tangan bahkan setiap jari bisa jadi sekutu
yang akan membelai
atau mematahkan tengkukmu
Tak ada beda. Seperti siang atau malam
bukan soal gelap-terang cahaya

Sudah kau katakan, maut tidak bertindak sendiri
di bagian mana pun tanah ini, dan aku percaya
Sebab bahkan di langit dan di udara
ada yang mati
apalagi di sawah berpagar kawat berduri
peluru menghambur ke pelukan
perempuan hamil dan punggung baju delapan petani
terkoyak, tembus ke dapur dan pohon mahoni

Ya, maut tidak bertindak sendiri
Ia mesti melibatkan masinis kereta
yang abai membaca sinyal tanda bahaya
dan sinyal pun abai membaca mereka
karena sudah tua

Maut melibatkan nakhoda kapal karat
pembuat data statistik
yang menganggap orang melarat
sebagai barang antik pecah-belah
para dokter rumah sakit bedah
yang meninggalkan catut di perut pasiennya
bahkan melibatkan lumpur
dan mesin bor yang patah!

Di tanah ini
Apakah maut yang pengecut
atau para sekutu khianat
yang terkutuk hidup?

Ya, Allah, izinkan aku bermuka-muka
dengan mautku sendiri
kelak bila tiba!

/rumahlebah Yogyakarta, 2009

 

Sumber: Api Bawah Tanah (Akar Indonesia, Yogyakarta, 2013)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *