Puisi: Tonggeret – Matdon

Matdon

tonggeret masih nyaring terdengar
di senja belukar kota. tiba-tiba hujan
merebut makna dan geliknya ditikam
angin, musim makin tak menentu di
kotaku. matahari menggigil, kusam.

oh jhon, romyan, deri
kalian dimana? aku kesepian menatap Friedrich Wilhelm Nietzsche
memikirkan bayangan masa depan dan
300 buku puisi yang juga menggigil, kusam.
tiga gelas kopi dan 7 batang rokok
tak mampu merapihkan napasku.
tonggeret berhenti bersuara, tinggal
genangan air dan daun mahoni berserakan
cepatlah kalian datang. sebelum malam tua.
bersemedilah di sini, di paraduan doa
yang jarang kita lafalkan, setelah atau sebelum hujan
suatu hari nanti, kita adalah suara tonggeret
yang akan kerap terdengar, saat datang
atau pergi

bandung, 16 mei 2012

Sumber: Pikiran Rakyat (Minggu, 9 September 2012)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.