• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

Agus Dermawan T

Puisi: Monolog Nihilis – Agus Dermawan T (l. 1952)

Posted on 26 Maret 2018 by Editor

Agus Dermawan T (l. 1952) Monolog Nihilis luruhkan semua cahaya ke bumi jadikan neraka masukkan semua gatal ke hati jadikan siksa ketimbang kepergok lanjurkan ia jadi sekutumu dan gulati bagai […]

Posted in Puisi Tagged Agus Dermawan T, Puisi Leave a comment

Puisi: Berjuta Kunang-kunang – Agus Dermawan T (l. 1952)

Posted on 26 Maret 2018 by Editor

Agus Dermawan T (l. 1952) Berjuta Kunang-kunang berjuta kunang-kunang, lampu jalanan berjuta kunang-kunang, lampu lautan berjuta kunang-kunang, lampu alam Tuhan kembalikan terang malam di padang-padang persawahan berjuta kunang-kunang, cahaya ilham […]

Posted in Puisi Tagged Agus Dermawan T, Puisi Leave a comment

Puisi: Sajak – Agus Dermawan T (l. 1952)

Posted on 26 Maret 2018 by Editor

Agus Dermawan T (l. 1952) Sajak sore ini adalah gerimisMu, tenteram gerimis abadi ketika malam menanti rasa jemuMu, rebahkan dihamparan alam sore ini adalah gerimisMu, pendam gerimis yag belati ketika […]

Posted in Puisi Tagged Agus Dermawan T, Puisi Leave a comment

Puisi: Sebuah Lirik untuk Musik Pop – Agus Dermawan T (l. 1952)

Posted on 26 Maret 201826 Maret 2018 by Editor

Agus Dermawan T (l. 1952) Sebuah Lirik untuk Musik Pop tanah ladang dan mendung langit mengembara di mana-mana siapakah yang namanya kehidupan subur tanah ilalang dan mendung wajah tersangkut di […]

Posted in Puisi Tagged Agus Dermawan T, Puisi Leave a comment

Puisi: Bayangan dari Sebuah Kelereng – Agus Dermawan T (l. 1952)

Posted on 26 Maret 201826 Maret 2018 by Editor

Agus Dermawan T (l. 1952) Bayangan dari Sebuah Kelereng purnama yang lintas di cadar bumi yang gembira di panas hari dan menggugah bocah ketika sepi menggoyah musim-musim kala berganti masa […]

Posted in Puisi Tagged Agus Dermawan T, Puisi Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani