• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

Amien Wangsitalaja

Puisi: Dina vs Lelaki – Amien Wangsitalaja (l. 1972)

Posted on 3 Mei 20183 Mei 2018 by Editor

Amien Wangsitalaja (l. 1972) Dina vs Lelaki – “dj” dina ingin kawin selagi etos+hasrat selaput kelamin (laki senyum getir memaknakan pengantin sebuah nyinyir) dina perempuan paham perjuangan sajaknya retak oleh […]

Posted in Puisi Tagged Amien Wangsitalaja, Puisi Leave a comment

Puisi: Mendirikan Malam 1 – Amien Wangsitalaja (l. 1972)

Posted on 3 Mei 20183 Mei 2018 by Editor

Amien Wangsitalaja (l. 1972) Mendirikan Malam 1 aku yang pertama mendengar dendang dinda pada malam yang kita ingat ia pernah dibagi tiga ini mungkin pada sepertiga yang kedua saat jam […]

Posted in Puisi Tagged Amien Wangsitalaja, Puisi Leave a comment

Puisi: Di Lantai Ulin – Amien Wangsitalaja (l. 1972)

Posted on 3 Mei 2018 by Editor

Amien Wangsitalaja (l. 1972) Di Lantai Ulin pada suatu ketika aku memang menghikmati nafasmu yang tak memburu di lantai ulin kamar tamu saat siang tempat guring saat malam kita tak […]

Posted in Puisi Tagged Amien Wangsitalaja, Puisi Leave a comment

Puisi: Samarinda – Amien Wangsitalaja (l. 1972)

Posted on 3 Mei 20183 Mei 2018 by Editor

Amien Wangsitalaja (l. 1972) Samarinda la mohang daeng mangkona melaksanakan titah sultan kutai sambil menata adat bugis “orang bugis orang kutai sama rendah sama semampai” dan simaklah jilatan sungai terlalu […]

Posted in Puisi Tagged Amien Wangsitalaja, Puisi Leave a comment

Puisi: Toko Buku vs Kota – Amien Wangsitalaja (l. 1972)

Posted on 2 Februari 20173 Mei 2018 by Editor

Amien Wangsitalaja (l. 1972) Amien Wangsitalaja seseorang sebab asa ketuhanan mendengkur di sudut teka-teki referensi-referensi glamour ini kotaku terbaca oleh atlas kumal beberapa ruasnya menyisa tembok tua yang mengelupas berberita […]

Posted in Puisi Tagged Amien Wangsitalaja, Puisi Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani