• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

B irawan massie

Puisi: Lentera Berwarna Biru – B. Irawan Massie (l. 1947)

Posted on 6 April 2018 by Editor

B. Irawan Massie (l. 1947) Lentera Berwarna Biruyang sebuah lentera berwarna biru duduk sendiri di atas lemari es         yang terletak di suatu sudut ruang makan ia merasa sunyi di […]

Posted in Puisi Tagged B irawan massie, Puisi Leave a comment

Puisi: Sebuah Topeng Berwarna Ungu – B. Irawan Massie (l. 1947)

Posted on 6 April 2018 by Editor

B. Irawan Massie (l. 1947) Sebuah Topeng Berwarna Ungu sudah ada barang setahun lamanya topeng berwarna ungu itu tersimpan di dalam lemari bukumu rapat-rapat, engkau tak pernah menengoknya tak pernah […]

Posted in Puisi Tagged B irawan massie, Puisi Leave a comment

Puisi: Bukan Soal Kukkuruyuk-nya yang Terlalu Dini – B. Irawan Massie (l. 1947)

Posted on 6 April 2018 by Editor

B. Irawan Massie (l. 1947) Bukan Soal Kukkuruyuk-nya yang Terlalu Dini ia tak mempersoalkan kukkuruyuk yang berbunyi terlalu dini            rasanya di pagi ini ia ingin memperoleh penjelasan sedikit saja […]

Posted in Puisi Tagged B irawan massie, Puisi Leave a comment

Puisi: Dimanakah Kita? – B. Irawan Massie (l. 1947)

Posted on 6 April 20186 April 2018 by Editor

B. Irawan Massie (l. 1947) Dimanakah Kita? Dimanakah masa depan itu? Berdiri tenang di balik pagar menunggu kita berjalan keluar Dimanakah masa lalu itu? Tercium tiba-tiba baunya di jalan raya […]

Posted in Puisi Tagged B irawan massie, Puisi Leave a comment

Puisi: Kaligrafi – B Irawan Massie (l. 1947)

Posted on 6 April 20186 April 2018 by Editor

B Irawan Massie (l. 1947) Kaligrafi soalnya mungkin engkau tak akan percaya. Di saat akan menuruni anak tangga itu, tiba-tiba sabda Allah menghadang di depan, di samping, di sekeliling di […]

Posted in Puisi Tagged B irawan massie, Puisi Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani