• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

Beni Setia

Puisi: Morgue, Montmarte – Beni Setia (l. 1954)

Posted on 5 Mei 20195 Mei 2019 by Editor

Beni Setia (l. 1954) Morgue, Montmarte berapa kali kita kehilangan dalam menanti jam berdetik, angin menghembus dan debu menyerbu jendela tahankah melihat usia melenggang lewat? deretan kenangan makin lama makin […]

Posted in Puisi Tagged Beni Setia Leave a comment

Puisi: Sembilan Lirik Kasmaran – Beni Setia (l. 1954)

Posted on 16 April 2018 by Editor

Beni Setia (l. 1954) Sembilan Lirik Kasmaran 1. terpancang pada perahu. sang layar berkebar-kebar dan geladak mengengadah menenggak awan. dihubung-hubungkan kepak rasa. ruh mendesah bagai daun di musim gugur 2. […]

Posted in Puisi Tagged Beni Setia, Puisi Leave a comment

Puisi: Pledoi bagi Kucing – Beni Setia (l. 1954)

Posted on 16 April 2018 by Editor

Beni Setia (l. 1954) Pledoi bagi Kucing  tuan dan nyonya, kucing adalah kucing rumah tak akan membuatnya jadi anjing, jadi ikan akuarium atau burung sangkar kucing adalah kucing! suka menyelinap […]

Posted in Puisi Tagged Beni Setia, Puisi Leave a comment

Puisi: (kita tidak sedang menunggu. Lepas dari kefanaan) – Beni Setia (l. 1954)

Posted on 16 April 2018 by Editor

Beni Setia (l. 1954) (kita tidak sedang menunggu. Lepas dari kefanaan) kita tidak sedang menunggu. Lepas dari kefanaan dan meluncur masuk keabadian. Meski mungkin akan tetap menderita. Senantiasa, di sini, […]

Posted in Puisi Tagged Beni Setia, Puisi Leave a comment

Puisi: (di trotoar bersama orang pulang kerja) – Beni Setia (l. 1954)

Posted on 16 Februari 201716 April 2018 by Editor

Beni Setia (l. 1954) (di trotoar bersama orang pulang kerja) di trotoar bersama orang pulang kerja aku jadi orang ketiga. Juga bagi diri bersama. Berjalan dan membayang pada etalase aku […]

Posted in Puisi Tagged Beni Setia, Puisi Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani