• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

d zauhidhie

Puisi: Huma yang Perih – D. Zauhidhie (1934-1984)

Posted on 1 Mei 2018 by Editor

D. Zauhidhie (1934-1984) Huma yang Perih tiada lagi kerbau menguak gemertuk roda cikar terengah-engah sarat beban memuat padi kelapa dan umbi tiada punggung-punggung dan bahu-bahu menghambin lanjung penuh berisi terong […]

Posted in Puisi Tagged d zauhidhie, Puisi Leave a comment

Puisi: Pengembara di Jalan Ujung – D. Zauhidhie (1934-1984)

Posted on 1 Mei 2018 by Editor

D. Zauhidhie (1934-1984) Pengembara di Jalan Ujung Di ujung jalan berdebu engkau termangu lelaki berompi beledru Kala sebekas terlupa jalan lain ke roma hatimu malam gelap Kerikil menguap pecut mendera […]

Posted in Puisi Tagged d zauhidhie, Puisi Leave a comment

Puisi: Kepada Paduka Puisi – D. Zauhidhie (1934-1984)

Posted on 1 Mei 2018 by Editor

D. Zauhidhie (1934-1984) Kepada Paduka Puisi Kucarikan tiang dan balokan Paku dan papan Walau untuk itu aku jadi tukang besi Menebang pohon di hutan Kubangun rumahmu Di tanah yang luas […]

Posted in Puisi Tagged d zauhidhie, Puisi Leave a comment

Puisi: Sekamar dengan Mayat – D. Zauhidhie (1934-1984)

Posted on 1 Mei 2018 by Editor

D. Zauhidhie (1934-1984) Sekamar dengan Mayat Empat buah lubang peluru di punggungnya Tembus ke sebelah lagi meluhak Tubuhmu yang melunjur kemanusiaan yang lacur Dibidik dari belakang lalu sembunyi Kuselusuri dadamu […]

Posted in Puisi Tagged d zauhidhie, Puisi Leave a comment

Puisi: Melankolik – D. Zauhidhie (1934-1984)

Posted on 1 Mei 20181 Mei 2018 by Editor

D. Zahidhie (1934-1984) Melankolik selelanya anjing kuduk menari-nari di pekuburan gadis mati sunyi derap kakinya pedang mencincang langit yang gamang tapi bulan sipit mau jua ziarah walau disinggung muram dan […]

Posted in Puisi Tagged d zauhidhie, Puisi Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani