• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

Ferdi Afrar

Puisi: Pria Bersorban Hitam – Ferdi Afrar (l. 1983)

Posted on 31 Mei 202131 Mei 2021 by Editor

Ferdi Afrar (l. 1983) Pria Bersorban Hitam                                 : mengenang gempa 27 mei 2006, Jogja dan Jateng 1Siapa mengetuk pintu sepagi ini. Tanpa salam maupun ucap permisi.Aku buka pintu pelan, […]

Posted in Puisi Tagged Ferdi Afrar, Puisi Leave a comment

Puisi: Pembiak Kata – Ferdi Afrar (l. 1983)

Posted on 25 Agustus 201731 Mei 2021 by Editor

Ferdi Afrar (l. 1983) Pembiak Kata sepertimu kami memilah kata. pada parasnya, pada garing nyaring suaranya, pada kemolekan dan kesintalan dagingnya. kami jejerkan, kami luruskan, agar tak ada yang mencong […]

Posted in Puisi Tagged Ferdi Afrar, Puisi Leave a comment

Puisi: Taksidermi Kata – Ferdi Afrar (l. 1983)

Posted on 23 Juli 201731 Mei 2021 by Editor

Ferdi Afrar (l. 1983) Taksidermi Kata – Meminjam Lukisan Berburu Banteng-nya Raden Saleh keributan dalam celah kalimat sebuah sajak: belum menutup benar matanya yang binal, ketika kami menohokkan sebuah tumbak […]

Posted in Puisi Tagged Ferdi Afrar, Puisi Leave a comment

Puisi: Pepaya – Ferdi Afrar (l. 1983)

Posted on 23 Juli 201731 Mei 2021 by Editor

Ferdi Afrar (l. 1983) Pepaya adakah aku sekantung peria yang iri akan  kucir pahitnya sedang dagingku kuning-jingga manga madu penatarsewu sukacita ataukah duka terlara saat pemanjat itu merengkuhku, melepasku dari […]

Posted in Puisi Tagged Ferdi Afrar, Puisi Leave a comment

Puisi: Penggendam – Ferdi Afrar (l. 1983)

Posted on 10 April 201731 Mei 2021 by Editor

Ferdi Afrar (l. 1983) Penggendam bukalah pintu sayu matamuteras kosong yang terlupakan.kami akan diam-diam meletakkan bandul jam,juga lentik mantra agar kau tak terjagadari kegembiraanmu menghitung dombamelompat dari bimbang ke bimbangberselimut […]

Posted in Puisi Tagged Ferdi Afrar, Puisi Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani