• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

Rio Fitra S.Y.

Puisi: Bagaimana Rasanya Menjadi Tiada? – Rio Fitra SY (l. 1986)

Posted on 6 April 20196 April 2019 by Editor

Rio Fitra SY (l. 1986) Bagaimana Rasanya Menjadi Tiada? Kapal terbang tak pernah percaya pada pelabuhan udara. Aku di dalamnya dengan awan mengguncang-guncang adalah waktu yang baik untuk mati. Kabin […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Rio Fitra S.Y. Leave a comment

Puisi: Orang Kota – Rio Fitra S.Y.

Posted on 17 Juli 20172 November 2017 by Editor

Rio Fitra S.Y. Aku orang kota yang terus menyeret goni berisi kerbau dan anak kecil mandi di satu tepian, sawah-sawah gagal panen, berjinjing-jinjing aroma durian masak, tukang rabab diserang asmara, […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Rio Fitra S.Y. 2 Comments

Puisi: Saat Waktu Terputus-putus Lagi – Rio Fitra S.Y.

Posted on 17 Juli 2017 by Editor

Rio Fitra S.Y. Serupa tulisan di kertas pembungkus puisi, barangkali aku harus belajar mengeja kembali. Huruf kapital makin terlihat suci ketimbang huruf mungil dan miring. Kau gemar ditinggalkan kereta di […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Rio Fitra S.Y. Leave a comment

Puisi: Perang yang Lain – Rio Fitra S.Y.

Posted on 29 Januari 201717 Juli 2017 by Editor

Rio Fitra S.Y. Ia siapkan Perang Padri yang lain untukku. Perang Aceh yang kesekian, Perang Diponegoro yang terakhir, atau Perang Bali yang baru. Tanpa rencong, keris, bedil kokang, pun tanpa […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Rio Fitra S.Y. Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani