• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

Zelfeni Wimra

Puisi: Jantung Pisang dan Kamus Peribahasa – Zelfeni Wimra (l. 1979)

Posted on 28 Maret 202028 Maret 2020 by Editor

Zelfeni Wimra (l. 1979) jantung pisang dan kamus peribahasa sebelum mematri langkah sebagai perantau aku lukai sebatang pisang aku pancung tandan di hulu jantungnya hingga terburai, bercerai-berai nasib serupa juga […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Zelfeni Wimra Leave a comment

Puisi: mantra pengurai plastik – Zelfeni Wimra (l. 1979)

Posted on 27 Maret 202027 Maret 2020 by Editor

Zelfeni Wimra (l. 1979) mantra pengurai plastik wahai raja bara yang bersembunyi dalam nyala segala cinta aku menyeru-merayumu datang dan menarilah aku tengah jatuh cinta pada seorang plastik antik melekat […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Zelfeni Wimra Leave a comment

Puisi: majelis gaib plastik – Zelfeni Wimra (l. 1979)

Posted on 27 Maret 202027 Maret 2020 by Editor

Zelfeni Wimra (l. 1979) majelis gaib plastik pada sebuah majelis gaib, terdengar tanya jawab kau tercipta dari apa? ”saya dari api!” jawab iblis bangga ”saya dari cahaya,” sambut malaikat ”saya […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Zelfeni Wimra Leave a comment

Puisi: Aku Kirim Juga Akhirnya Puisi Ini – Zelfeni Wimra

Posted on 16 Juli 2017 by Editor

Zelfeni Wimra aku kirim puisi ini kepada debu yang berhamburan di sela jemari pengasah batu akik sebagian terbang ke ketiadaan sebagian menyuruk ke ruang paling rentan dan orang-orang yang gemar […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Zelfeni Wimra Leave a comment

Puisi: Kampung Tak Bernabi – Zelfeni Wimra

Posted on 24 Januari 2017 by Editor

Zelfeni Wimra perkampungan kembali tenang setelah ayat terakhir alfatihah diaminkan lidah kami berhenti pada alif lam mim tiga huruf bersangkutan dalam rahasia mereka tak sempat jadi kalimah. kata alif: aku […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Zelfeni Wimra Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani