Djamil Suherman (1924-1985)
Anak Hilang
Sudah begitu lama tak dikenalnya lagi kasih manusia
sudah begitu lama
bayi bayi tengkurap tak mengerti muka muka tua berpalingan
sebuah ratap sedih dalam bayang senja menghilang
Manakah itu bapak
yang melepasnya mengenal tanah dan laut
yang melepasnya dari peraman susu ibunda penghabisan
Anak malang hari ini tamasya di bumi Tuhan
ia berkisah tentang kota kota yang dilaluinya
ia bicara tentang orang orang yang dirinduinya
Angin berisik dalam bujukan halus sebuah lagu
pada kesunyian senja berderit hati sendu pilu
melepas sisi dada penuh pemberontakan
Bagai terangkum desir lautan pada matanya
dan kepada ombak ia bisikkan tangis dan rindunya
sekali burung camar berputar tak tahu ke mana angin berpusing
tapi dialah kini yang berlalu
pergi bersama lanun ke laut lepas
tanpa satu ucapan
Sebuah lagu terdengar dari perbatasan
sebuah salam atas kepergian bayangan terakhir
ada jejak putus putus
dan lenyap ke dalam air
Selat Sunda, 17-3-1956
Sumber:
- Budaya, No. 3/4. Th. VI, Maret/April 1957 lewat Tonggak 1, Linus Suryadi AG, Ed. (Gramedia, 1987)
- Nafiri (Penerbit Pustaka, 1983).