Puisi: Arwah Maskumambang – Toni Lesmana (l. 1976)

Toni Lesmana (l. 1976)
Arwah Maskumambang

Kuterima lagi sepucuk kubur
Berisi letusan-letusan belatung
Jantung dari timur. Diam-diam
Aku tahu, kubur mengetuk pintu
Siang pintu malam di punggungmu
Melumuri jendela pagi jendela
Senja di dadamu, mencari celah tebar
Arwah maskumambang. Kata-kata
Gentayangan. Hantu-hantu mabuk kepayang.

Kini selalu kuterima sepucuk kubur
Inilah nasib paling sial di dunia ini,
Seperti nasib para leluhurku di masa lalu
Menerima sepucuk, bahkan berpucuk-pucuk
Tumpuk-menumpuk. Unggun kegelapan
Mengepungku yang asyik mengepang rambutmu
Mengelus pikiranmu yang kian panjang ke barat
Merentang jembatan kesetiaan, merentang jalan cinta
Alamat kekekalan yang terbebas jerat kesementaraan
Sesat kesumat sepucuk, berpucuk-pucuk kubur

Masih akan datang berpucuk-pucuk kubur
Memburu cumbumu dalam pelukku
Masih akan datang berpucuk-pucuk kubur
Sarang arwah-arwah maskumambang
Selalu kusambut riang, dengan nisan pengangkut
Nama si pemuja kubur sendiri, yang remuk di timur
Rontok dihantam tinju kelembutan puisi
Puisi mengalun abadi dari kecupan bibirmu
Dalam bibirku. Di atas ranjang cahaya
Dibungkus selubung biru kerinduan
Tubuh kita satu, jingga tak terhingga
Tak tersentuh kubur-kubur yang saling kubur

Sumber: Koran Tempo, 24 Agustus 2019

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.