Djajanto Supra
Lonceng
duka bersahutan dalam rindu yang sebanding
antara kita luka terbuka
ah tersipu waktu dalam warna senja
mengembang dan menutup di musimnya kering
sepi menguncup bukan bunga
bibir mengecup dendam lama
mungkin kita masih mencapai sempat
bila kau tengok dari jendela kaca
wajahmu yang empat
bertanya: jam berapa
tegur yang membuat hati terhibur
tentram dalam hidup ingin teratur
angka angka jawaban sementara
kita duka, dan menolak selamanya
djakarta 1966
Sumber: Horison, No. 1; Tahun IV, Januari 1969.