Raudal Tanjung Banua Kelak, awan berarak dalam pantun lama bukan pertanda air mata. Dan kau yang membaca tidak lagi bernama si anak dagang berdendang malang di kota malam. Seorang penyair […]
Raudal Tanjung Banua
Puisi: Jalan-jalan di Bumi – Raudal Tanjung Banua
Raudal Tanjung Banua : subagio sastrowardoyo (1924-1995) jalan-jalan di bumi tidak membawa kita pergi dari bumi, hanya menghantar ke dunia sunyi dan kata-kata, di mana terlantar mereka yang tak berdaya […]
Puisi: Taman Rawa – Raudal Tanjung Banua
Raudal Tanjung Banua I selunak insang ikan gabus, setipis daging ikan lasi sulur-sulur dan akaran bening tumbuh tembus pandang ke lumpur hitam. teratai dan kiambang mengambang bagai gaun hijau terawang, […]
Puisi: Maut Tidak Bertindak Sendiri – Raudal Tanjung Banua
Raudal Tanjung Banua -untuk Frans Nadjira Benar, maut tidak bertindak sendiri di tanah ini semua tangan bahkan setiap jari bisa jadi sekutu yang akan membelai atau mematahkan tengkukmu Tak ada […]
Puisi: Jalan ke Bukit Penuh Duri – Raudal Tanjung Banua
Raudal Tanjung Banua — untuk Afrizal Malna Ya, jalan ke bukit sudah berubah dalam langkahku kini; semak-semak meninggi, penuh duri rumput, ilalang pun jelatang berebut tumbuh di celah batu menggores […]