Frischa Aswarini
Aku tak bisa menulis sajak
seperti sajakmu
walau malam khusuk
dan kenangan tersedih
menarik cemasku
Tak ada lagi perasaan menggebu
dan kata-kata
yang ingin disusun ulang
jadi serindang pohonmu
Aku hanya menatap potret anak kuda
lari di atas meja
di bawah nyala lampu
yang menerangi pertanyaanku
Dunia menampung dongeng indah
yang belum terbayarkan oleh kenyataan
Apa puisi cukup puas menyadurnya?
Pada perpustakaan
kutemui uraian pengetahuan,
penjelasan aneka ilmu
dan hakikat manusia
Bagaimana puisi mesti menggali?
Aku telah jatuh hati
pada sajak banyak penyair
dan membiarkannya
jadi pakaian penghangat
yang belum sempat kutanggalkan
Tetapi aku tak tahu
dengan baju apa harus kutemui
puisi paling murni dalam diri
Di atas mejaku, seekor anak kuda melenggang
kepolosannya yang riang
menatap hidup dengan mata bercahaya
Saat itu
aku menyadari
setiap orang memiliki jalan
dan aku tak pilih jalanmu
Aku percaya
sebagaimana imanku
pada keindahan
2012
Sumber: Pusat – Majalah Sastra, No. 10, 2015.