Cyprian Bitin Berek
Seusai Pembunuhan 2
– Zila
Siang yang merdu tiba dengan lagu paling manis.
Menyibak tirai, kusambut dia, suamiku perkasa.
Betapa tampan dia dengan pedang berlukis darah,
pedang buatan tangan anakku lanang. Amboi!
Betapa gairah menanti tuturnya: melintas bahaya
antara membunuh atau terbunuh. Amboi!
– Pedang punya sarung, ialah tubuh manusia.
Angan lelaki punya rumah, ialah tubuhmu, Perempuan.
O, dia bisikkan itu bagai puisi, lantas mewujud kuda
paling liar. Alangkah seksi amarahnya.
Tak pernah mampu kujinakkan dia, bahkan di malam
paling pekat. Dan kala mata kupejamkan, tahulah diriku
sungguh rumah bagi gelisah kembaranya.
Juli 2014
Sumber: Pertarungan di Pniel (Perkumpulan Komunitas Sastra Dusun Flobamora; Kupang, NTT; 2019)