• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

Fitri Yani

Puisi: Sebuah Pengakuan – Fitri Yani (l. 1986)

Posted on 26 Mei 202126 Mei 2021 by Editor

Fitri Yani (l. 1986)Sebuah Pengakuan benar, bahwa aku yang lebih dulu menggodamu di bawah pohonitu. sebab kau musafir kelaparan yang hampir mati berperangmelawan cuaca. dadamu berlubang, aku bisa melihat lorong […]

Posted in Puisi Tagged Fitri Yani, Puisi Leave a comment

Puisi: Di Bangku Penumpang – Fitri Yani (l. 1986)

Posted on 1 April 20201 April 2020 by Editor

Fitri Yani (l. 1986) Di Bangku Penumpang saat langit membiarkan pintunya terbuka dan fajar melangkah dengan kaki-kaki yang rapuh duduklah ia di bangku penumpang roda-roda berderit di dadanya ribuan kalimat […]

Posted in Puisi Tagged Fitri Yani, Puisi Leave a comment

Puisi: Catatan Seorang Aktor – Fitri Yani (l. 1986)

Posted on 1 April 20201 April 2020 by Editor

Fitri Yani (l. 1986) Catatan Seorang Aktor bintang-bintang tidak dekat langit kian melebarkan kekosongannya seekor kucing tidur seperti patung di kursi taman kami akan latihan lagi untuk sebuah pertunjukan drama […]

Posted in Puisi Tagged Fitri Yani, Puisi Leave a comment

Puisi: Insomnia – Fitri Yani (l. 1986)

Posted on 1 April 20201 April 2020 by Editor

Fitri Yani (l. 1986) Insomnia malam hanya sepotong kertas karbon hitam ditembusi cahaya lubang demi lubang seperti lentera di balik tirai di bawah mata bintang dan bulan mataku tak bisa […]

Posted in Puisi Tagged Fitri Yani, Puisi Leave a comment

Puisi: Ki Bayi Radin – Fitri Yani (l. 1986)

Posted on 5 April 201726 Mei 2021 by Editor

Fitri Yani (l. 1986) saat pintu laut terbuka, ikan-ikan bermunculan berpuluh-puluh perahu akan berlayar dari selatan dan darah seluruh keluargamu akan tumpah dan sepasang badan akan menolak muara terbelah seekor […]

Posted in Puisi Tagged Fitri Yani, Puisi Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani