• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

Heri Maja Kelana

Puisi: Kepada Seorang Pengendali – Heri Maja Kelana (l. 1996)

Posted on 31 Maret 202031 Maret 2020 by Editor

Heri Maja Kelana (l. 1996) Kepada Seorang Pengendali belum pernah aku melihat seseorang yang luar biasa peduli akan rakyatnya. sekali pun dalam wayang. atau film atau drama atau pada suatu […]

Posted in Puisi Tagged Heri Maja Kelana, Puisi Leave a comment

Puisi: Lumar: Wajah Pitaloka – Heri Maja Kelana

Posted on 17 November 201717 November 2017 by Editor

Heri Maja Kelana Lumar: Wajah Pitaloka pergilah ke perbatasan, kabarkan tentang permusuhan waktu reda, hujan lindap. ke mana kau akan berangkat membawa syair setelah semuanya berakhir, luka-luka disihir menjadi kenangan […]

Posted in Puisi Tagged Heri Maja Kelana, Puisi Leave a comment

Puisi: Kepada Seorang Planolog – Heri Maja Kelana

Posted on 17 November 201717 November 2017 by Editor

Heri Maja Kelana Kepada Seorang Planolog   “sekali waktu, memandangmu bukan dengan mata” pagi. tegas aku menyampaikan salam. selenting lagu lonceng atau jerit rem, akrab di telingaku. begitu aku memandangmu […]

Posted in Puisi Tagged Heri Maja Kelana, Puisi Leave a comment

Puisi: Jatitujuh – Heri Maja Kelana

Posted on 17 November 201717 November 2017 by Editor

Heri Maja Kelana Jatitujuh sejarah bukan hanya pada sawah. malam yang hampir punah. atau burung-burung berpindah ke kebun-kebun binatang. malam. tepat aku singgah di kotamu. tak ada bulan. sungai mirip […]

Posted in Puisi Tagged Heri Maja Kelana, Puisi Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani