A Nabil Wibisana Tapa di Takari Seperti timbunan pasir di bibir sungai, kau menunggu apakah panas 40 hari akan membautmu legam–atau justru berkilat laksana kristal. Tapi kadang kau luput menafsir […]
Puisi
Puisi: A untuk Asma – A Nabil Wibisana (l. 1976)
untuk Anaci Tnunay temannya, ahli matematika yang mengajar bahasa, menulis kisah pendek tentang bocah pengidap asma ia seketika tahu, akan sesak napas bahkan sebelum kalimat pungkas bukan, bukan karena […]
Puisi: Setelah Kembang Api – A Nabil Wibisana (l. 1976)
A Nabil Wibisana Setelah Kembang Api Jembatan dan serabut api Labirin cermin Reranting kering tumbuh di atas pecahan kaca Angin dingin. Bulan tembaga Sebuah lakon dengan alur adegan yang tak […]
Puisi: Bara Buah Terlarang – Hikmat Gumelar
Hikmat Gumelar Bara Buah Terlarang kapankah halimun likat akan susut?dan apa yang akan terjadi sehabis itu? bahkan para pakar cuaca belakangan kerap kecele. terkaan dan ramalannya kerap meleset. apalagi orang […]
Puisi: Aku Membaca Ragu – Anthony Sutanto Atmaja (l. 1980)
Anthony Sutanto Atmaja (l. 1980) Aku Membaca Ragu Aku membaca ragu, di perbatasan musim waktu itu Riak-riak ketakutanku yang menggelembung Ada batas-batas kecemasan yang menggeliat seperti lembayung diakhiri temaram Waktu […]
Puisi: Telaga Air Mata – Anthony Sutanto Atmaja (l. 1980)
Anthony Sutanto Atmaja (l. 1980) Telaga Air Mata Air matamu tumpah menggenang dalam telaga Aku membasuh roh, melempar mimpi Kabut-kabut hampir hilang ditempa cahaya. Bayangku menyemburat siluet dan menari-nari pada […]
