• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

Yogi

Puisi: O, Pipit… – Yogi (1896-1983)

Posted on 17 Juni 202117 Juni 2021 by Editor

Yogi (1896-1983)O, Pipit… Sepasang pipit unggas belukar,Terbang bersanding dalam udara,Sayap di anggung silih bertukar,Dua sekawan, berkasih mesra – “Ke bukit sama mendaki”,“Ke lurah sama menurun”,“Sehidup semati” mencari rezeki,Hidup merdeka di […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Yogi Leave a comment

Puisi: Di Mana Hatiku Tak Kan Pilu – Yogi (1896-1983)

Posted on 17 Juni 202117 Juni 2021 by Editor

Yogi (1896-1983)Di Mana Hatiku Tak Kan Pilu Gemuruh ombak menggosok pantaiPetir menembak bertalu-talu;Adinda diam-termenung lalai,Di mana hatiku tak kan pilu Kilat terbentang berapi-api,Awan berarak menambah sayu;Adinda termangu, duduk bersepi,Di mana […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Yogi Leave a comment

Puisi: Di Padang Rumput – Yogi (1896 – 1983)

Posted on 24 Maret 201817 Juni 2021 by Editor

Yogi (1896 – 1983) Di Padang Rumput (Nyanyian untuk Anak Gembala) Di waktu rembang tengah hari, Sedang terpijak bayang-bayang Panas yang amat terik, melesukan tulang, Maka segala ternak di padang […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Yogi Leave a comment

Puisi: Buaian Waktu – Yogi (1896-1983)

Posted on 24 Maret 201824 Maret 2018 by Editor

Yogi (1896-1983) Buaian Waktu Hari nan sedang tengah hari, Sedang terpijak bayang-bayang, Teringat kekasihku – belahan diri, Membuat sukmaku terbang melayang. ‘Ku duduk di atas batu, Di kemuncak bukti tempat […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Yogi Leave a comment

Puisi: Menyiangi Padi – Yogi (1896-1983)

Posted on 24 Maret 201824 Maret 2018 by Editor

Yogi (1896-1983) Menyiangi Padi Tengah naik gerang matahari Anak dara menyiangi padi; Rumput dikais sambil berdendang, Berpantun, bersajak menunjukkan sayang. Suara membubung dalam udara, Halus manis sadu berdana; Padi dibelai […]

Posted in Puisi Tagged Puisi, Yogi Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani