Rizki Amir (l. 1995)Wungkusan pekarangan rumahmu akan bergerak lebih lambatketika aku seret masa lalu yang telah aku simpandi antara sebuah pelukan dan sepiring wungkusanudang. kamu adalah bungkus berbentuk tum. dansetelah […]
Puisi
Puisi: Majnun – Muhammad Febriyadi (l. 1991)
Muhammad Febriyadi (l. 1991)Majnun Junjung-junjung rasa rindumelemas dalam sendurahasia mulai rentasukar dikuburkan Langit merahmelahirkan luka yang mengangapetinya menyerupai darah yang menyambar-nyambarmemelodikan pengakuannya yang majnuninilah fundamental hujan yang agamogenesissebenar-benarnya Majnun di […]
Puisi: Insomnia – Widya Mareta (l. 1994)
Widya Mareta (l. 1994)Insomnia kuil runtuh di dalam kepalakupukul tiga pagi adalah saat palingcemas untuk membangunkan puisi.tak ada gemuruh artileri,tak ada obrolan geladeri. di hadapanku berjejer botol-botol minuman energi,berkas yang […]
Puisi: Duka Seri Bumi – Muhammad Febriyadi (l. 1991)
Muhammad Febriyadi (l. 1991)Duka Seri Bumi Luahkan air matatumpahkan di dadakuair matamu akan aku tampihingga bening dan menjadi suci Di sinilah hati berlarimengejar makna duka seri bumitapi dukamu jadi dukakuia […]
Puisi: Menjadi Laut – Wida Waridah (l. 1982)
Wida Waridah (l. 1982)Menjadi Laut hujan tak reda sehariananakku membangun perahu dengan ranjangnyaseluruh boneka diajaknya sertaadiknya yang masih bayi dijadikannya nahkodasedangkan dia, lebih memilih sebagai penyelammenyelamatkan benda-benda yang tertinggalIbu, cepatlah […]
Puisi: Kunyalakan Sebuah Radio – Wida Waridah (l. 1982)
Wida Waridah (l. 1982)Kunyalakan Sebuah Radio : Dorothea Rosa Herliany kunyalakan sebuah radio. seseorang mengirim lagurindu merambat dari telinga ke hatimucuaca kota dirapal serupa mantra menguraikemacetan jalanjalan kunyalakan sebuah radio […]