• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

Achmad Rizani Asnawi

Puisi: Dalam Ruang – Achmad Rizani Asnawi (l. 1944)

Posted on 10 Desember 201710 Desember 2017 by Editor

Achmad Rizani Asnawi (l. 1944) Dalam Ruang sebuah jarum yang tajam dan berkuasa pada dinding, datang menusuk usia pada kita ketepatan adalah binatang melata bila ingin, putarlah kembali ke tempat […]

Posted in Puisi Tagged Achmad Rizani Asnawi, Puisi Leave a comment

Puisi: Bayang-Bayang – Achmad Rizani Asnawi (l. 1944)

Posted on 10 Desember 201710 Desember 2017 by Editor

Achmad Rizani Asnawi (l. 1944) Bayang-Bayang bayang-bayangku, cobalah kita bertukar tempat aku dalam cermin dan engkau di depanku telah letih diri bersolek selalu, menyisir rambut yang lusuh sepanjang hari, rapi […]

Posted in Puisi Tagged Achmad Rizani Asnawi, Puisi Leave a comment

Puisi: Harga Diri – Achmad Rizani Asnawi (l. 1944)

Posted on 10 Desember 2017 by Editor

Achmad Rizani Asnawi (l. 1944) Harga Diri harga diri adalah deretan kursi paling depan, dan kehormatan adalah sebuah tawaran untuk duduk di situ. tercenung aku duduk pada deret kursi paling […]

Posted in Puisi Tagged Achmad Rizani Asnawi, Puisi Leave a comment

Puisi: Jubah – Achmad Rizani Asnawi (l. 1944)

Posted on 10 Desember 201710 Desember 2017 by Editor

Achmad Rizani Asnawi (l. 1944) Jubah Tuhan, jubahMu yang putih mulus kini banyak ditiru orang dengan sulaman bunga dari taman hiburan adakah juga sifatMu yang putih mulus dapat disulam di […]

Posted in Puisi Tagged Achmad Rizani Asnawi, Puisi Leave a comment

Puisi: Sajak-Sajak Spanduk – Achmad Rizani Asnawi (l. 1944)

Posted on 9 Desember 20179 Desember 2017 by Editor

Achmad Rizani Asnawi (l. 1944) Sajak-Sajak Spanduk I sudah waktunya belajar sejarah dari spanduk-spanduk yang tergantung di udara belajar sopan-santun pada mulut spanduk yang fasih mengulang kata yang menyorot pada […]

Posted in Puisi Tagged Achmad Rizani Asnawi, Puisi Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani