• Mata Puisi
  • Vlog Juru Baca
  • Arsip Horison 1966 – 1990
Antologi Hari Puisi

Menu

Skip to content
  • Beranda
    • Esai
    • Buku
    • Puisi
    • Penyair
    • Wawancara
  • Antologi Tumbuh
  • Situs Bagus
  • Daftar (sementara) Penyair

Arsyad Indradi

Puisi: Berangkat Pulang – Arsyad Indradi (l. 1949)

Posted on 6 Juni 2018 by Editor

Arsyad Indradi (l. 1949) Berangkat Pulang Di atas batu langit kian kuning Sungai di mana matamu mengaca Ikanikan berenang di hatimu Apakah mengukir jauh perjalanan Ke kutub mana kita pulang […]

Posted in Puisi Tagged Arsyad Indradi, Puisi Leave a comment

Puisi: Reruntuhan Hujan – Arsyad Indradi (l. 1949)

Posted on 6 Juni 2018 by Editor

Arsyad Indradi (l. 1949) Reruntuhan Hujan Pagi tak jadi sempurna. Menatap pintu langit Siapa berlari bebasah perih di sana? Di dalam hujan. Mestinya tak perlu risau.. Di dalam rindu. Mestinya […]

Posted in Puisi Tagged Arsyad Indradi, Puisi Leave a comment

Puisi: Kemarau – Arsyad Indradi (l. 1949)

Posted on 9 April 20189 April 2018 by Editor

Arsyad Indradi (l. 1949) Kemarau Siapa menghentak kurungkurung ke penghabisan suara burung jalan setapak mencari batas hari beruap panas menyusur suara keririang memilu di selasela kayukayuan sewaktu matahari menusuk Ketika […]

Posted in Puisi Tagged Arsyad Indradi, Puisi Leave a comment

Puisi: Senja Luruh – Arsyad Indradi (l. 1949)

Posted on 9 April 2018 by Editor

Arsyad Indradi (l. 1949) Senja Luruh Dangau sesak dengan cahaya redupredup Persawahan yang lama terbengkalai Dia terhampar di atas tumpukan jerami Duhai lama nian menunggu Cepatlah lepaskan tali kehidupan Cepat […]

Posted in Puisi Tagged Arsyad Indradi, Puisi Leave a comment

Puisi: Buah Sukma Biduri – Arsyad Indradi (l. 1949)

Posted on 9 April 20189 April 2018 by Editor

Arsyad Indradi (l. 1949) Buah Sukma Biduri Palinggam Cahaya Seratus empat puluh negri di laut Seratus empat puluh negri di darat Siapa yang bertahta tidak lain Raden Kasan Mandi Adil […]

Posted in Puisi Tagged Arsyad Indradi, Puisi Leave a comment

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Arsip

RSS Antologi Hari Puisi

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Kota Kematian – Rizki Amir (l. 1995)

Tag

Abdul Hadi WM Acep Zamzam Noor Afrizal Malna Agam Wispi Agenda Amir Hamzah Anekdot Aslan Abidin Asrul Sani Avianti Armand Ayatrohaedi Badruddin Emce bukhari aljauhari Chairil Anwar Dami N. Toda Doddi Ahmad Fauji D Zawawi Imron Esai Frans Nadjira Goenawan Mohamad Hasan Aspahani Hasif Amini HPI2017 HR. Bandaharo J.E. Tatengkeng Korrie Layun Rampan Mh. Rustandi Kartakusuma Muhammad Yamin Nina Minareli Penyair Puisi Putu Vivi Lestari Rendra Rida K. Liamsi Rivai Apin Saini KM Sapardi Djoko Damono Sitok Srengenge Subagio Sastrowardoyo Sutardji Calzoum Bachri Taufiq Ismail Tjak S. Parlan Toeti Heraty Trisno Sumardjo Wiji Thukul

Hari Puisi | Antologi Puisi Indonesia

Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat - "Catetan Th. 1946" - Chairil Anwar

Tulisan Terbaru

  • Puisi: Candi – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Mitomania – Warih Wisatsana (l. 1965)
  • Puisi: Setengah Sendok Makan – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Indeks Penyambung Lidah – Rizki Amir (l. 1995)
  • Puisi: Pudak – Rizki Amir (l. 1995)

Kontak Kerjasama

jurubaca@gmail.com (Email) 081218114482 (WA)

Kategori

  • Agenda (14)
  • Anekdot (10)
  • Apresiasi (1)
  • Buku (10)
  • Dari Kami (6)
  • Esai (129)
  • Lokomoteks (2)
  • Majas (2)
  • Penyair (13)
  • Puisi (1.972)
  • Puitika (3)
  • Wawancara (2)

Telusuri Isi

Arsip

Antologi Tumbuh

Situs ini berupaya memuat puisi Indonesia dari titik awal sejauh yang bisa kami telusuri, hingga ke titik paling mutakhir di mana kami yakin puisi tersebut telah atau akan meninggalkan jejak yang  mewakili perkembangan dan pencapaian serta memberi sumbangan yang memperkaya cara ucap dan tema dalam puisi kita.

Sejak 2016 | Dikelola oleh Hasan Aspahani